Apapunalasan Anda untuk mencari artikel tentang doa bisaloncat lbih tinggi dan pukulan lbih keras, yang pasti kunjungan Anda di situs ini tidak akan sia-sia karena di halaman yang Anda buka dan baca ini memuat konten artikel yang lengkap yang berkaitan dengan informasi tentang doa bisaloncat lbih tinggi dan pukulan lbih keras yang sedang Anda
Lompat tinggi merupakan jenis olahraga yang menguji keterampilan para atletnya. Atlet diminta untuk melompati mistar gawang pada ketinggian tertentu. Tujuan dari olahraga ini adalah untuk melewati mistar gawang tanpa menyentuhnya. Sejarah Lompat Tinggi Kontes lompat populer di Skotlandia pada awal abad ke-19, dan acara ini dimasukkan ke dalam Olimpiade modern pertama pada tahun 1896 untuk pria. Wanita membuat debut Olimpiade mereka pada tahun 1928. Dari kegiatan lapangan, lompat tinggi mungkin telah mengalami perubahan teknik yang paling Cut-off, Western Roll, dan Straddle adalah metode yang sebelumnya digunakan oleh para elit dunia. Namun, Fosbury Flop, yang melibatkan melompat dengan punggung pelompat ke mistar, dipopulerkan oleh juara Olimpiade 1968 Dick Fosbury, sekarang hampir secara eksklusif merupakan teknik yang diadopsi oleh semua pelompat tinggi teratas. Baca Juga Javier Sotomayor memenangkan emas Olimpiade di Olimpiade Barcelona 1992. Petenis hebat Kuba itu memecahkan rekor dunia lompat saat ini 2,45m pada tahun 1993 dan merupakan orang pertama dalam sejarah yang melompati 8 kaki. Salah satu pelompat tinggi wanita terhebat dalam sejarah adalah Iolanda Balas. Petenis hebat Rumania itu memenangkan gelar Olimpiade berturut-turut pada tahun 1960 dan 1964 dan tidak terkalahkan selama 11 tahun dalam acaranya. Teknik Dasar Lompat Tinggi Berikut adalah 4 teknik dasar yang perlu Anda ketahui1. Mulai LangsungMulai langsung hanya lima langkah pertama dengan dan tanpa transisi2. Titik Garis BerlariJika Anda memiliki akses ke lapangan basket, jalankan garis tiga poin. Penekanannya adalah mendorong ke luar dan kontak kaki track tunggal. Pilihannya adalah menjalankan seluruh baris atau lepas landas pop up di bagian Lingkaran Berlari atau MelompatIni dapat dilakukan di mana saja dan dengan diameter lingkaran apa pun. Coba tingkatkan kecepatan pada pendekatan. Tekankan mendorong ke luar dan lari. Jalankan atau lewati lingkaran 2-3 kali berturut-turut. 4. Lurus dengan LingkaranAtlet berlari dalam garis lurus seperti bagian linier dari pendekatan dan kemudian lari 2-3 lingkaran. Ini adalah latihan yang baik untuk menghubungkan dua bagian dan dapat dilakukan jauh dari lubang.
Ilmulompat tinggi dan pukulan keras Sändy Hyuugä 23 Desember pukul 16:47 bagi ilmu nya guru.ilmu lompat tinggi dan pukulan keras. Abby Abi Abby Abi Hehehe Ilmu gampang.. Tapi cara riadzoh yang susah.. Baik akan abi ijazahkan ilmu untuk pukulan.. Ilmu ini dulu pernah diposting digrup ini..
ArticlePDF Available AbstractTujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan pengaruh model latihan dan fleksibilitas terhadap kemampan smas dalam permainan sepaktakraw. Penelitian ini dilakukan di klub Duta Perdana Gorontalo. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial sederhana 2X2. Melalui simple random sampling diperoleh sejumlah 40 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Metode latihan Pliometrik memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampan smas dalam permainan sepaktakraw dibandingkan dengan metode latihan beban, 2 Bagi kelompok kelentukan tinggi dilatih dengan metode latihan Pliometrik lebih baik pengaruhnya dari yang dilatih metode latihan beban, 3 Bagi kelentukan rendah diberikan metode latihan beban lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan metode latihan pliometrik terhadap kemampan smas dalam permainan sepaktakraw, 4 Terdapat interaksi antara metode latihan dan kelentukan terhadap kemampan smas pada permainan sepaktakraw. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 49 PENGARUH METODE LATIHAN DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN SMAS DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW Asry Syam Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Gorontalo email asri_s_2006 Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan pengaruh model latihan dan fleksibilitas terhadap kemampan smas dalam permainan sepaktakraw. Penelitian ini dilakukan di klub Duta Perdana Gorontalo. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan faktorial sederhana 2X2. Melalui simple random sampling diperoleh sejumlah 40 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Metode latihan Pliometrik memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampan smas dalam permainan sepaktakraw dibandingkan dengan metode latihan beban, 2 Bagi kelompok kelentukan tinggi dilatih dengan metode latihan Pliometrik lebih baik pengaruhnya dari yang dilatih metode latihan beban, 3 Bagi kelentukan rendah diberikan metode latihan beban lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan metode latihan pliometrik terhadap kemampan smas dalam permainan sepaktakraw, 4 Terdapat interaksi antara metode latihan dan kelentukan terhadap kemampan smas pada permainan sepaktakraw. Kata Kunci Metode Latihan, pliometrik, latihan beban, sepak takraw, smash. EFFECT OF TRAINING METHODS AND FLEXIBILITIES TOWARD SMASH OF PERFORMACE IN SEPAKTAKRAW GAME Abstract The purpose of this study was to look for differences in training models and support for smash in sepaktakraw. This research was conducted at the Duta Perdana Gorontalo club. An experimental method factorial 2X2 design. Through simple random sampling, 40 samples were obtained. The results showed that 1 the plyometric training method had a better influence on the ease of smash in a sepaktakraw compared with weight training method, 2 for the high flexibility group drilled with the plyometric training method for its better effects than those drilled with the weight training method, 3 For the low flexibiliy given the weight training method is better than the plyometric training , 4 There were an interaction between the training method and flexibility of the Smash in the sepaktakraw. Key words training method, plyometric, weight training, sepak takraw, smash Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 50 PENDAHULUAN Sepak takraw merupakan salah satu cabang olahraga yang telah banyak mengalami perubahan dalam perkembangannya. Dari yang sifatnya tradisional atau dimainkan dengan sangat sederhana dan simpel menjadi olahraga modern yang dimainkan dengan peraturan komplit seperti sekarang ini. Dari yang bersifat demonstrasi menjadi olahraga permainan yang dapat dipertandingkan. Dari olahraga yang mulanya hanya sebagai kegiatan mengisisi waktu luang menjadi olahraga prestasi. Olahraga ini awal mulanya menggunakan bola terbuat dari rotan sekarang berubah menjadi bola yang terbuat dari plastik synthetic fibre. Dari istilah “sepak raga” berubah nama menjadi “sepak takraw”. Perubahan tersebut terjadi karena mulai dipertandingkan di PON, yakni sejak PON X tahun 1981. Namun berdasarkan histori diberbagai daerah di Indonesia khususnya dan di negara Asia pada umumnya tetap mengenal sepak takraw dengan nama yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai luhur dan misi budaya masing-masing. Misalnya dibeberapa daerah di Indonesia seperti sulawesi selatan dikenal dengan “marraga akraga”, di Riau dikenal dengan nama “rago tinggi”, Sumatera Barat dan Bengkulu dikenal dengan nama “sepakrago”, dan secara keseluruhan di Indonesia dikenal dengan “sepak raga”. Kemudian di negara Asia lainnya mempunyai istilah yang berbeda-beda, misalnya Malaysia dikenal dengan “sepak raga jaring”, Brunai dikenal dengan “sepak raja”, China dikenal dengan “theng chew”, “di Burma dikenal dengan “chung long”, laos dikenal dengan “kator”, Philipina dikenal dengan “sipa”, Thailand dikenal dengan “takraw”, dan di Singapura dikenal dengan “bola sepak raga”. Untuk mengorganisir dan mengakomodir berbagai istilah yang dikenal diberbagai negara maka pada tangal 27 maret 1965 istilah “sepak takraw” dibakukan secara resmi di Malaysia. Secara harfiah kata “takraw” berasal dari bahasa Thai, yang artinya bola yang terbuat dari rotan. Kemudian ditambah didepan kata “sepak” dari bahasa melayu artinya menendang, memainkan, bola dengan bagian kaki mulai dari ujung kaki sampai kepangkal paha. Permainan ini didominasi oleh kaki yang dimainkan diatas lapangan seluas lapangan bulutangkis dan dipertandingan antara dua regu yang saling berhadapan dengan jumlah pemain masing-masing 3 tiga orang. Permainan sepak takraw mulai dikembangkan di Indonesia setelah adanya kunjungan tim sepak takraw Malaysia pada bulan september 1970 dan tim sepak takraw singapura pada april 1971. Kedua tim tersebut telah mengadakan pertunjukan di beberapa kota, yaitu Jakarta, Bandung, dan Medan. Dengan adanya kunjungan dari kedua tim sepak takraw tersebut maka diadakan suatu pertemuan yang dimulai pada 29 september sampai 5 oktober 1970 di Cipayung, Bogor. Dari hasil pertemuan tersebut, Direktur Jendral Pendidikan Olahraga dan Pemuda mengintruksikan agar permainan sepak takraw segera dikembangkan dan dibina di seluruh Indonesia. Berawal dari kunjungan kedua negara tersebut selanjutnya didirikanlah induk organisasi sepak takraw pada tahun 1971 yang disebut dengan PERSERASI didukung oleh lahirnya beberapa Pengda yaitu Pengda Sumut, Sumbar, Riau, dan Sulsel. Pada tahun 1980 PERSERASI mengadakan kejuaraan nasional sepak raga ke-3 yang diikuti oleh 14 kontingen. Berkat kerja keras itu maka PB PERSERASI berhasil memasukan sepak raga menjadi salah satu cabang olahraga yang dipetandingkan dalam PON 1981. Perkembangan selanjutnya dapat Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 51 diperhatikan bahwa sepak raga yang disebut juga sepak takraw masuk kedalam Sea Games yang diikuti oleh beberapa negara antara lain Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam. Sebagai sebuah organisasi PB. PERSERASI pada tanggal 6 – 8 menyelenggarkan kongres yang dihadiri 24 utusan daerah. Salah satu keputusan penting dari kongres itu adalah istilah sepak raga diganti dengan istilah sepak takraw, sehingga dengan sendirinya Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia PERSERASI berubah menjadi Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia PERSETASI. Kemudian PERSETASI sekaligus menjadi anggota Internasinal Sepak Takraw Federation ISTAF dan Asian Sepak Takraw Federtion. PB. PERSETASI 21. Tentunya sebagai salah satu dari berbagai cabang olahraga yang berkembang di Indonesia, prestasi sepak takraw cukup banyak mengalami kemajuan, para pelatih, pembina di daerah seluruh Indonesia sangat antusias menggenjot atlitnya yang sewaktu-waktu dapat dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan, baik yang bersifat daerah, nasional maupun internasional. Dari segi perhatian pemerintah pada cabang ini dinilai cukup serius, ditandai dengan berdirinya PPLP Pusat Pendidikan Latihan Pelajar sepak takraw pada tahun 1983 yang merupakan wadah pembibitan olahraga pelajar berbakat dan berpotensi yang berorientasi terhadap pencapaian prestasi baik dibidang akademis maupun dibidang olahraga secara optimal. Namun prestasi yang diharapkan belum sepenuhnya tercapai dengan baik. Usaha melahirkan atlet yang berprestasi tinggi tidaklah mudah, namun memerlukan waktu dan melibatkan berbagai komponen. Adapun komponen –komponen yang berperan dalam pencapaian pretasi menurut Harsono ada empat faktor yang berpengaruh dalam mendapatkan prestasi olahraga, yaitu 1 kondisi fisik, 2 teknik, 3 taktik, 4 psikologis. Keempat komponen tersebut harus diberikan kepada atlet secara terprogram, teratur, terarah dan terukur untuk mendapatkan prestasi yang optimal. Berbicara masalah komponen teknik maka melatih penguasaan teknik keterampilan pada cabang sepak takraw sangatlah penting karena salah satu kelemahan yang nyata pada atlet sepak takraw adalah tampil tidak maksimal karena penguasaan keterampilan masih sangat kurang memadai. Olahraga beregu telah banyak model-model latihan yang diterapkan dalam permainan yang berkaitan satu sama lain, di mana selama pelajaran latihan pada umumnya dilaksanakan di bawah kondisi yang serupa dengan spesifikasi permainannya Tudor O Bomba, 1994 27. Sehubungan penguasaan keterampilan, smash adalah salah satu keterampilan yang harus dilatih dalam permainan sepak takraw. Karena dengan smash yang mematikan, maka poin bagi suatu regu itu dapat bertambah sekaligus dapat menentukan kemenangan dalam pertandingan. Kegagalan dalam melakukan smash kedaerah lawan berarti memberikan peluang untuk lawan dalam memperoleh poin. Terjadinya kekalahan dalam pertandingan salah satunya disebabkan oleh teknik smash yang tidak akurat dan efisien. Data yang diperoleh bahwa dalam satu set pertandingan salah satu regu bisa mendapatkan tiga lima puluh kali peluang mematikan bola dengan smash, tetapi yang bisa dilakukan hanya bisa sepuluh kali itupun banyak yang tersangkut di atas net, diblok dan bolanya keluar garis. Sedangkan pihak lawan empat puluh kali peluangnya melakukan smash empat kali gagal. Dengan demikian hal ini menjadi permasalahan Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 52 serius yang harus di perhatikan dalam bermain sepak takraw. Ucup Yusuf, mengatakan bahwa score smash secara keseluruhan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor sasaran dengan skor waktu dari 5 kali kesempatan melakukan smash. Ucup Yusuf 74. Smash yang merupakan salah satu senjata utama dalam proses memenangkan pertandingan, sangat diperlukan loncatan dan pukulan yang keras. Dengan demikian faktor kondisi fisik yang menjadi pendukung utamanya untuk lebih maksimal dalam melakukan gerakan smash. Komponen fisik tersebut adalah kekuatan, kecepatan, kelentukan, koordinasi, power, daya tahan dan sebagainya. Seorang yang melakukan smash akan terlihat nyata hasilnya ketika salah satu komponen tersebut tidak dimiliki. Tungkai atau kaki secara umum sangat berperan dalam memainkan bola, menyepak, sebagai tumpuan dan sebagainya, tetapi yang lebih khusus lagi peran tungkai adalah pada saat melakukan smash lurus sangat diperlukan. Dimana kaki harus mampu menjangkau bola pada posisi melambung di atas kepala. Ucup yusup mengatakan untuk melakukan smash dengan kaki, kakinya harus mampu menjangkau bola. Kemampuan itu dimungkinkan kalau kualitas fleksibilitas kakinya cukup tinggi sehingga dia akan mampu melakukan sepakan smash yang keras. Kelentukan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam suatu penampilan gerak. Terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian, tendon ligamen beserta otot-otot di sekitarnya melakukan gerak secara maksimal. Seseorang yang kurang memiliki kelentukan biasanya gerakanya kaku, kasar dan lamban. Kelentukan sangat diperlukan dalam permainan sepak takraw terutama kelentukan tungkai sesuai dengan anggota tubuh yang dominan digunakan dalam bermain sepak takraw. Seseorang yang memiliki kelentukan tungkai dapat memudahkan efisiensi gerakan, seperti gerakan-gerakan koordinasi, kecepatan, kelincahan, power dan keterampilan dalam bermain sepak takraw. Kelentukan adalah ukuran seberapa jauh seseorang dapat menggerakan lengan, tungkai dan tubuhnya pada sendi masing-masing. Suatu cabang olahraga tertentu yang banyak menggunakan gerakan-gerakan, merunduk, meliuk dan menekuk, seperti sering terjadi pada permainan sepak takraw yang sangat memerlukan kelentukan tubuh yang baik untuk dapat selalu unggul dari yang lainnya. Michael Yassis, 1992 73. Dalam meningkatkan kualitas gerakan keterampilan dapat menggunakan metode latihan pliometrik dan latihan beban yang disesuaikan dengan kualitas kelentukan masing-masing alet. Metode latihan pliometrik pada prinsipnya merupakan latihan dengan pendekatan kecepatan-kekuatan yang dirancang untuk mengembangkan power eksplosif, kecepatan reaksi, kegesitan, kelincahan, ketangkasan pada atlet. Menurut Donald A. Chu, 1992 1 bahwa metode latihan pliometrik adalah cara latihan yang dapat menghasilkan kontraksi otot menjadi kuat dengan gerakan yang sangat cepat. Hazeldyne, 1989 89 mengatakan bahwa pliometrik adalah bentuk latihan dengan meningkatnya kualitas atlet yang berupa power yang dilakukan secara eksplosive dengan gerakan reaktif yang dilihat pada aktifitas kita. Metode latihan beban merupakan metode latihan dengan pendekatan kekuatan-daya tahan otot yang dirancang untuk mengembangkan kekuatan pada atlet. Metode latihan beban secara khusus dirancang untuk meningkatkan kekuatan, power dan ketahanan otot. Latihan ini mempunyai berbagai macam Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 53 bentuk yang berkaitan erat dengan gerakan otot yang dilakukan secara statis maupun dinamis. Edward L. Fox and Richard w, Bowers, 1991. Kedua metode latihan tersebut penerapanya terpusat pada tungkai sesuai dengan angota tubuh yang dominan dipakai dalam gerakan smash lurus pada permainan sepak takraw. METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2X2. Variabel bebas yaitu Metode latihan Pliometrik dan Metode latihan beban, variabel terikat adalah kemampuan smas dalam sepaktakraw, serta variabel kategori yaitu kelentukan tinggi dan kelentukan rendah. Populasi terjangkau adalah atlet putera pada klub Duta Perdana Gorontalo yang telah pernah mengikuti pertandingan dengan sampel 40 orang dan dibagi kedalam empat kelompok yang setiap kelompok terdiri atas 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1 Rangkuman Hasil Kemampuan Smash Hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan Anava dirangkum dan disajikan dalam bentuk Tabel 2. Rangkuman Hasil Anava Dua Arah Kemampuan Smas Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 54 Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis varians dua jalan dapat dijelaskan sebagai berikut. Perbedaan Kemampuan Smas antara Kelompok Metode Latihan Pliometrik dan Kelompok Metode Latihan Beban Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians mengenai perbedaan pengaruh metode Pliometrik dibandingkan dengan Metode Beban terhadap kesegaran jasmani siswa seperti tampak pada Tabel 16 di atas. Terbukti bahwa terdapat perbedaan antar perlakuan latihan, yaitu diperoleh harga Fh antar kolom A sebesar yang teryata lebih besar daripada Ft sebesar Fh = > Ft = dengan dk pembilang V1 a-1b-1 = 1, dk penyebut V2 ab n-l = 2 x 2 11-1 = 36. Artinya hipotesis nol H0 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan smas antara Kelompok Metode Pliometrik dan kelompok Metode Beban ditolak, atau hipotesis penelitian gagal ditolak. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan kemampuan smas antara Kelompok Metode Pliometrik dan kelompok Metode Beban. Tabel 3. Hasil ANAVA Dua Arah Tahap Lanjut dengan Uji Tukey Kelompok yang dibandingkan Harga Perbedaan Rerata Absolut A1 dan A2 B1 dan B2 A1B1 dan A2B1 A1B2 dan A2B2 Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Berdasarkan uji lanjut yang dilakukan dengan menggunakan uji Tukey diperoleh harga Q hitung Qh = yang lebih besar daripada Q tabel Qt = atau Qh > Qt pada taraf signifikansi α = dengan dk 240, sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Pliometrik dan Metode Beban. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa Kemampuan smas Kelompok Metode Pliometrik memiliki pengaruh lebih tinggi daripada kelompok Metode Beban. Perbedaan Kemampuan Smas yang Memiliki Kelentukan Tinggi antara Kelompok Metode Latihan Pliometrik dan Kelompok Metode Latihan Beban Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians tahap lanjut dengan uji Tukey mengenai perbedaan kemampuan smas yang memiliki kelentukan tinggi antara kelompok Pliometrik dan kelompok Beban, secara keseluruhan seperti tampak pada Tabel. Terbukti bahwa terdapat perbedaan bagi kelompok yang memiliki kelentukan tinggi antara kelompok Pliometrik A1B1 dan yang dilatih dengan Beban. Pada kelompok A1B1 dan A2B1 harga Q hitung Qh = lebih besar daripada Qt = atau Qh > Qt pada taraf signifikan dengan demikian Hipotesis nol Ho; ditolak atau hipotesis kedua gagal ditolak. Artinya, bahwa hasil kemampuan smas yang memiliki kelentukan tinggi dengan Pliomertik lebih tinggi baik daripada yang dengan Beban XAIBI = > XA2B1 = Perbedaan Kemampuan Smas yang Memiliki Kelentukan Rendah antara Kelompok Metode Latihan Pliometrik dan Kelompok Metode Latihan Beban Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians tahap lanjut dengan menggunakan uji Tukey mengenai perbedaan kemampuan smas yang memiliki kelentukan rendah antara kelompok Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 55 pliometrik dan kelompok beban, secara keseluruhan seperti tampak pada Tabel di atas. Terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kelentukan rendah antara kelompok Plimetrik A1B2 dan kelompok Beban A2B2. Pada kelompok A1B2 dan A2B2 harga Q hitung Qh = lebih besar daripada Q tabel Qt = atau Qh > Qt pada taraf signifikansi α = berarti hipotesis nol H0 ditolak atau hipotesis ketiga diterima. Interaksi antara Model latihan dan Fleksibilitas Terhadap Penampilan Servis Atas Berdasarkan hasil perhitungan anava seperti tampak Tabel 2 bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dan kelentukan, yaitu diperoleh harga Fh kolom AB sebesar yang ternyata lebih besar dari Ft sebesar dengan dk pembilang V1 a-lb-l = 1, dk penyebut V2 abn-l = 2x2 10-1 = 36.. Berarti pencapaian tingkat kemampuan smas dipengaruhi oleh interaksi antara metode latihan dan kelentukan. Interaksi antara metode latihan dan kelentukan terhadap kemampuan smas dapat dilihat pada gambar berikut. Fleksibilitas Tinggi Rendah Gambar1 Interaksi Model latihan dengan kelentukan Pembahasan Metode latihan pliometrik memberikan pengaruh lebih baik terhadap kemampuan smas dalam permainan sepaktakraw dibandingkan dengan metode latihan beban. Hipotesis pertama menyatakan bahwa meode latihan pliometrik A1 lebih baik pengaruhnya dari yang dilatih dengan Metode latihan beban A2 secara keseluruhan terhadap kemampuan smas pada permainan sepaktakraw. Hal ini dapat diterima kebenarannya karena sesuai dengan hasil analisis yang signifikan. Latihan pliometrik adalah salah satu metode latihan yang dapat meningkatkan kekuatan, daya ledak power explosive, kecepatan kontraksi otot. Bentuk latihan ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan smash lurus. Karena dalam latihan pliometrik atlet diarahkan kepada latihan yang bertumpu pada pengembangan kekuatan eksplosif, kecepatan reaksi, ketangkasan gerak. Maka secara otomatis kerja tendon, crossbridge, filamen actin dan filamen myosin yang menyusun serabut otot dan sensor-sensor dalam otot spindel proprioceptors akan menghasilkan kontraksi otot cepat atau fast-twitch fiber Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 56 dan gerakan strect refleks. Dalam latihan pliometrik mengarah pada gerakan cepat dengan kekuatan penuh dan berlangsung dalam waktu sependek-pendeknya. Dan keadaan seperti ini menyebabkan protein myosin, berfungsi sebagai enzim untuk memecahkan Adenosin Triphosfat ATP. Dalam hal ini energi yang dipergunakan lebih bersifat anaerobic. Latihan beban adalah metode latihan yang menggunakan peralatan mekanis seperti barbel, dambell, pakaian yang diberi beban, pemukul, tabung-tabung lentur, sabuk kaki dan sebagainya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, daya ledak, kekuatan dan daya tahan mempunyai dampak positif terhadap pengembangan kemampuan teknik smash lurus dalam sepak takraw. Latihan beban dilakukan dengan sedikit lambat ketimbang latihan pliometrik, karena tubuh mendapat tahanan dari suatu beban. Secara fisiologi bahwa gerakan yang dilakukan dengan lambat berarti lebih cenderung serabut otot yang aktif lebih banyak serabut otot lambat slow twitch fiber dan sistem energy cenderung mengarah energy aerobik. Latihan beban juga bermanfaat dalam pembentukan hipertropi otot yang pada akhirnya akan membantu daya tahan otot yang bekerja pada saat melakukan smash lurus yang ekplosif. Tetapi karena smash lurus pada umumnya dilakukan dengan cepat maka seseorang yang terbiasa terlatih dengan latihan beban membutuhkan penyesuaian untuk melakukannya. Jadi pada prinsipnya latihan pliometrik lebih mengarah kepada pendekatan kekuatan-kecepatan yang tujuan akhirnya menghasilkan daya ledak sesuai dengan karakteristik dan proses pelaksanaan smash lurus yang dilakukan dengan cepat dan keras. Sedangkan latihan beban didasarkan pada pendekatan kekuatan-daya tahan otot, makanya terkesan statis pada prosesnya tetapi tujuan akhirnya baik untuk meningkatkan kualitas teknik gerakan smash lurus. Dengan demikian secara keseluruhan hasil kemampuan smash lurus atlet sepak takraw yang dilatih dengan metode latihan pliometrik lebih baik dari pada atlet yang dilatih dengan metode latihan beban. Bagi kelompok kelentukan tinggi dilatih dengan metode latihan pliometrik lebih baik pengaruhnya dari yang dilatih metode latihan beban Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa bagi kelompok yang memiliki kelentukan tinggi latihan pliometrik memberi pengaruh yang lebih baik terhadap kemammpuan smas dibanding dengan latihan beban. Hal ini diterima kebenarannya karena berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan signifikansi tinggi. Hasil tersebut diperkuat oleh teori bahwa kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan penguluran ruang gerak sendi seluas-luasnya, selain oleh ruang gerak sendi juga kelentukan ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendin dan ligament. Seorang atlet yang memiliki kelentukan tungkai tinggi akan memberikan peluang besar untuk menghasilkan gerakan-gerakan yang lebih cepat dan gesit. Dia lebih leluasa mengambil ancang-ancang lompatan, lebih mudah mengangkat kaki pada saat memukul bola, memiliki peluang memukul bola dengan kuat, lebih mudah mengarakan bola pada saat smash, saat mendarat ke lantai kaki lebih mengeper dengan sempurna. Sehubungan dengan pembentukan gerakan-gerakan cepat dan gesit maka latihan pliometrik adalah salah satu latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kecepatan, power eksplosif, kelentukan dan khususnya kelentukan pada tungkai. Bentuk latihan pliometrik menyerupai gerakan dalam teknik dasar smash lurus dalam sepak Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 57 takraw, dimana yang ditingkatkan adalah kualitas lompatan dan kecepatan yang dilatih. Apabila seseorang memiliki kelentukan tungkai tinggi akan cepat dan mudah menyesuaikan saat melakukan gerakan latihan pliometrik. Sementara pelaksanaan latihan beban lebih ditekankan pada pengontrolan gerakan dan terfokus pada anggota tubuh yang dilatih sehingga terkesan statis. Tentunya bagi atlet yang memiliki kelentukan tinggi jika diberikan latihan beban perlu penyesuaian tersendiri. Oleh karena itu, kemampuan smash atlet sepak takraw yang memiliki kelentukan tungkai tinggi ketika dilatih dengan metode pliometrik akan lebih baik dari pada atlet yang dilatih dengan metode latihan beban. Bagi kelentukan rendah diberikan metode latihan beban lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan metode latihan pliometrik terhadap kemampuan smas dalam permainan sepaktakraw Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa metode latihan pliometrik A1B2 kurang lebih baik pengaruhnya dari kelompok yang dilatih dengan metode latihan beban A2B2 pada tingkat kelentukan rendah terhadap kemampuan smas pada permainan sepaktakraw. Hal ini diterima kebenarannya karena berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan signifikansi yang cukup nyata. Bagi atlet yang memiliki kelentukan tungkai rendah, peluang melakukan gerakan akan lebih lamban, sehigga dia lebih cocok diberikan metode latihan beban, karena gerakan hampir dikatakan statis dan lebih mudah dipantau kesalahan-kesalahan gerakannya. Jadi latihan beban akan memberikan solusi bagi para atlet yang kualitas kelentukannya rendah untuk bisa melakukan smash lurus. Karena tidak selamanya smash lurus selalu dilakukan dengan cepat tetapi terkadang dilakukan dengan lambat juga namun hasilnya mematikan. Jadi pada prinsipnya seorang atlet sepak takraw yang gerakannya lambat atau kelentukan rendah bukan berarti harus memaksakan dirinya untuk melakukan smash dengan cepat, tetapi dia harus lebih dapat menyesuaikan dengan kondisi fisiknya. Sedangkan latihan pliometrik yang bertujuan untuk meningkatkan power ekplosif dilakukan secara dinamis dan cepat, hal ini tentunya sangat memerlukan atlet yang memiliki kelentukan tungkai tinggi. Dengan demikian kemampuan smash bagi atlet yang memiliki kelentukan rendah ketika dilatih dengan metode latihan pliometrik kurang efektif dibandingkan dengan atlet yang dilatih dengan metode latihan beban. Interaksi antara metode latihan pliometrik dan metode latihan beban dengan kelentukan tungkai terhadap kemampuan smash lurus pada permainan sepak takraw Hipotesis keempat, menyatakan bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dan kelentukan terhadap kemampuan smas pada permainan sepaktakraw. Hal ini dapat diterima kebenarannya sehubungan dengan hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan signifikansi yang nyata secara statistik. Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians mengenai interaksi antara metode latihan dan Motivasi berprestasi terhadap kesegaran jasmani siswa , secara keseluruhan seperti tampak pada Tabel. Terbukti bahwa terdapat interaksi antara metode latihan dan kelentukan, yaitu diperoleh harga Fh kolom AB sebesar yang ternyata lebih besar dari Ft sebesar dengan dk pembilang V1 a-lb-l = 1, dk penyebut V2 abn-l = 2x2 10-1 = 36. Berarti hipotesis nol H0 yang menyatakan ada interaksi antara metode latihan dan kelentukan dalam pengaruhnya terhadap Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 58 kemampuan smas di terima. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa pencapaian tingkat kemampuan smas dipengaruhi oleh interaksi antara metode latihan dan Motivasi berprestasi. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara model latihan dan kelentukan tungkai. Penelitian terdahulu memberikan informasi bahwa latihan pliometrik Thomas, French, & Hayes, 2009, membandingkan pengaruh latihan pliometerik terhadap kelincahan dan power untuk sepak bola. Terjadi peningkatan terhadap kemampuan lompat tinggi dan kelincahan tetapi tidak terjadi perubahan pada kemampuan sprint. Sağıroğlu, Konar, Önen, Ateş, & Alkurt, 2012 penelitian membuktikan bahwa pliometerik pada pemain basket, dengan latihan selama delapan minggu dengan pertemuan tiga kali dalam seminggu. Hasil penelitian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap anaerobic power. Flavio, de Oliveira, & de Souza, 2018, pengaruh pliometrik terhadap terhadap kecepatan lari 30 meter kemampuan lompat horizontal. Sampel 14-17 tahun pemain sepak bola dengan latihan pliometrik dua kali dalam seminggu dilakukan selama empat minggu belum memberikan dampak terhadap kecepatan lari dan tes kemampuan lompat horizontal dan vertical. Furqoni & Sudijandoko, 2019, pengaruh lompat tali dengan lompat dan diagonal terhadap power tungkai dan kelincahan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan power tungkai 12% dan kelincahan 1%. Sedangkan hasil untuk yang lompat diagonal 8% untuk power dan 2% untuk kelincahan. Berryman, Maurel, & Bosquet, 2010 Latihan pliometerik dan latihan beban keduanya efektif untuk meningkatkan efisiensi teknik dalam lari. Pembahasan berikutnya adalah tentang latihan beban Garthe, Raastad, Refsnes, Koivisto, & Sundgot-Borgen, 2011 dalam kontek ini peneliti membuktikan bahwa latihan beban dapat dipergunakan untuk menurunkan berat badan. Ho, Dhaliwal, Hills, & Pal, 2012 Setelah latihan 12 minggu dengan intensitas moderat, lima kali dalam seminggu berhasil menurutkan berta badan dan lemak, serta terjadi peningkatan kebugaran. Tsaklis, Grooten, & Franzén, 2012 Meneliti pengaruh latihan beban terhadap keseimbangan, setelah latihan selama empat minggu terjadi peningkatan keseimbangan dari skor awal 42 ke 46. Penelitian berikutnya Beattie, Kenny, Lyons, & Carson, 2014 Atlet melakukan latihan daya tahan lebih dari 6 jam per minggu dan latihan beban 5 jam per minggu. Setelah selama enam bulan kedua latihan ini meningkatkan VO2 max dan efisiensi serta meningkatkan power. Berdasarkan meta analisa yang dilakukan oleh Denadai, de Aguiar, de Lima, Greco, & Caputo, 2017 menyimpulkan bahwa latihan beban dengan beban berat memberikan manfaat dalam meningkatkan efisiensi lari, latihan dengan beban maksimal dilakukan secara eksplosif, selanjutnya Beattie, Carson, Lyons, Rossiter, & Kenny, 2017 dalam latihan yang cukup lama, selama 40 minggu memberikan bukti bahwa latihan kekuatan meningkatkan kekuatan maksimal dan kekuatan relative, meningkatkan efektifitas lari, meningkatkan VO2max dengan dosis satu repetisi maksimal setiap alat. Kedua latihan ini sama sama dapat dipergunakan untuk meningkatkan kekuatan dan power, ketika kekuatan dan power ini telah meningkat maka asumsinya akan dapat dipergunakan untuk melakukan smash dalam sepak takraw. Smash merupakan gabungan kemampuan biomotor dan teknik koordinasi tubuh. biomotor yang diperlukan adalah power, sedangkan power diperoleh dari kekuatan dan kecepatan. Latihan beban akan meningkatkan kekuatan ataupun juga power, sedangkan latihan pliometrik akan mengingkatkan power. Dengan latihan beban juga dapat meningkatkan power dengan menentukan dosis intensitas dan irama repesiti yang seharusnya untuk tujuan power. Latihan pliometrik adalah latihan yang secara khusus ditujukan untuk melatih power. Larihan beban berdasarkan bukti penelitian juga memberikan dampak yang sama terhadap efisiensi, kekuatan, power, BMI, kadar lemak, daya tahan dan Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 59 kebugaran. Berdasarkan pada penelitian dan asumsi berfikir ini maka jika unsur biomotor dinaikkan, maka dengan sendirinya akan memberi nilai positif terhadap kemampuan teknik. Dengan semakin kuat dan lentur seorang atlet maka resiko untuk gagal dalam melakukan sebuah teknik akan dapat dikurangi. Dengan naiknya power maka hasil dari smash tentunya juga akan meningkat. KESIMPULAN Penelitian ini menguji metode latihan Pliometrik dan Metode latihan beban, variabel terikat adalah kemampuan smas dalam sepaktakraw, serta variabel kategori yaitu kelentukan tinggi dan kelentukan rendah. Berdasarkan hasil uji dan pembahasan maka disimpulkan, keseluruhan hasil kemampuan smash lurus atlet sepak takraw yang dilatih dengan metode latihan pliometrik lebih baik dari pada atlet yang dilatih dengan metode latihan beban. Kesimpulan kedua kemampuan smash atlet sepak takraw yang memiliki kelentukan tungkai tinggi ketika dilatih dengan metode pliometrik akan lebih baik dari pada atlet yang dilatih dengan metode latihan beban. Kesimpulan ketiga kemampuan smash bagi atlet yang memiliki kelentukan rendah ketika dilatih dengan metode latihan pliometrik kurang efektif dibandingkan dengan atlet yang dilatih dengan metode latihan beban. Kesimpulan keempat terdapat interaksi antara model latihan dan kelentukan tungkai. Berdasarkan pada kesimpulan ini secara umum dapat dipaham bahwa latihan metode pliometrik dan latihan beban sama sama meningkatkan kemampuan smash dalam sepak takraw. Jika dibandingkan kedua metode inim maka pliometeri akan lebih efektif meningkatkan kemampuan smash bagai atlet sepak takraw. DAFTAR PUSTAKA Alfiandi, Patrice., Ali, Nur., Wardoyo,Hendro,. 2018. Pengembangan Model Latihan Sepak Sila Pada Permainan Sepak - Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education. Vol. 2 No. 111-126. Retrive from Bomba, Tudor O. 1994. Theory and Metodology of Training. Dubuque Lowa Kendall/Hunt Publishing Company. Corbin, C. B., Pangrazi, R. P., & Franks, B. D. 2000. Definitions Health, fitness, and physical activity. President's Council on Physical Fitness and Sports Research Digest Beattie, K., Carson, B. P., Lyons, M., Rossiter, A., & Kenny, I. C. 2017. The effect of strength training on performance indicators in distance runners. Journal of Strength and Conditioning Research. Beattie, K., Kenny, I. C., Lyons, M., & Carson, B. P. 2014. The effect of strength training on performance in endurance athletes. Sports Medicine. Berryman, N., Maurel, D., & Bosquet, L. 2010. Effect of plyometric vs. dynamic weight training on the energy cost of running. Journal of Strength and Conditioning Research. Denadai, B. S., de Aguiar, R. A., de Lima, L. C. R., Greco, C. C., & Caputo, F. 2017. Explosive Training and Heavy Weight Training are Effective for Improving Running Economy in Endurance Athletes A Systematic Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 60 Review and Meta-Analysis. Sports Medicine. Edwin, Fleishman dalam Yanuar, Phil Kiram. 1992. Belajar Motorik. Jakarta Depdikbud. Flavio, J. M., de Oliveira, D. C., & de Souza, E. G. 2018. Effect of pliometric training on speed performance and height of vertical and horizontal heels for young football players. Revista Brasileira De Futsal E Futebol. Furqoni, R. S., & Sudijandoko, A. 2019. The comparison of rope jump, cone step up, and diagonal to the power and agility. Jurnal SPORTIF Jurnal Penelitian Pembelajaran. Garthe, I., Raastad, T., Refsnes, P. E., Koivisto, A., & Sundgot-Borgen, J. 2011. Effect of two different weight-loss rates on body composition and strength and power-related performance in elite athletes. International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism. Ho, S. S., Dhaliwal, S. S., Hills, A. P., & Pal, S. 2012. The effect of 12 weeks of aerobic, resistance or combination exercise training on cardiovascular risk factors in the overweight and obese in a randomized trial. BMC Public Health. Hakim, Rifki. 2013. Perbedaan Pengaruh Latihan Servis Dengan Jarak Tetap Dan Bertahap Terhadap Kemampuan Servis Dalam Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Smp Negeri 1 Banjarmangu Kab. Banjarnegara Tahun 2011/2012. Retrive from Herbart, A. Devries and Housh, Terry J. 1994. Physiology of Exercise. Dubuque Iowa WCB. Brown & Benchmark Publishers. Jamalong, A., Syam, A. 2014. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw. Yogyakarta Penerbit Ombak Munir, Abdul., Aji, Tri., Hermawan. 2015. Sumbangan kekuatan otot tungkai dan kelentukan terhadap kemampuan servis bawah sepak Journal of Sport Sciences 4 1 hal. 1-6. Retrive from Nur, Hasriwandi., Jonni., Syampurna, Hilaminur., 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Langsung dalam Meningkatkan Penguasaan Teknik Dasar Sepaktakraw. Jurnal Performa. Volume 4. Nomor 1. Juni 2019. Hal. 29-39. Retrive from Persetas, PB. 1996. Peraturan Perwasitan, Permainan dan Pertandingan Sepak Takraw. Jakarta PB. Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia. Prastyo, Widhi., Hanani, Endang Sri., Akhiruyanto, Andry. 2012. Hasil latihan servis Twist Tenis jarak bertahap dan tetap Terhadap ketepatan. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation 1 2 2012 hal. 92-98. Retrive from Jurnal Ilmu Keolahragaan Volume III Nomor 1 Mei 2020 Asry Syam Tersedia di 61 Sağıroğlu, İ., Konar, N., Önen, M. E., Ateş, O., & Alkurt, Z. 2012. Effect of pliometric training on anaerobic performance in young basketball players. / genç basketbolcularda pliyometrik antrenmanin anaerobik performans değerlerine etkisi. Journal of Physical Education & Sports Science / Beden Egitimi ve Spor Bilimleri Dergisi. Thomas, K., French, D., & Hayes, P. R. 2009. The effect of two plyometric training techniques on muscular power and agility in youth soccer players. Journal of Strength and Conditioning Research. Tsaklis, P. V., Grooten, W. J. A., & Franzén, E. 2012. Effects of weight-shift training on balance control and weight distribution in chronic stroke A pilot study. Topics in Stroke Rehabilitation. Saleh, M. Sahib. Hubungan antara Kelentukan Pergelangan Tangan dan Keseimbangan Dengan Kemampuan Bermain Tenis Meja Pada Siswa SMP Negeri 3 Makassar. Jurnal Competitor, Nomor 1 Tahun 3, Pebruariv2011. Hal. 53-63. Retrive from Semarayasa, I Ketut. 2016. Pengaruh strategi pembelajaran dan tingkat motorability terhadap keterampilan servis atas sepak Takraw pada mahasiswa penjaskesrek FOK UNDIKSHA. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 12, Nomor 1, April 2016. hal. 34-41. Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human performance. New York Macmillan Publishing Company Inc. Syahruddin., Suyuti, Andi. 2016. Pengaruh gaya mengajar latihan dan gaya mengajar komando terhadap keterampilan passing atas bolavoli. Jurnal Pedagogik Keolahragaan Volume 02, Nomor 01, Januari-Juni 2016,Hal. 11-22. Retrive from Syam, Asry. 2019. Analisis Kemampuan Inteligensi Atlet Cabang Olahraga Sepak Takraw Provinsi Gorontalo. Jambura Journal of Sports Coaching Vol. 1, No. 2, Juli 2019 hal. 79 – 90. Retrive from Yassis, Michael, 1992. Rahasia Kebugaran Dan Pelatihan Olahraga Soviet, Terjemahan Andung Purbo. Bandung Institut Teknologi Bandung. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Sofyan FurqoniAndun SudijandokoThis study aims 1 to determine the effect of rope jump training on increasing leg muscle power and agility; 2 to determine the effect of step-up training on increasing leg muscle power and agility 3 to determine the effect of diagonal cone hops exercises on increasing leg muscle power and agility; and 4 to find out the differences in the effect of pliometric rope jump, step up, and diagonal cone hops exercises on increasing leg muscle power and agility. The sample of this study was 40 students of futsal extracurricular at Firdaus Jembrana High School. This type of research is quantitative research with a quasi-experimental method. The study design used a pre-test and post-test non-randomized control group, with data analysis using MANOVA. The process of collecting data was to use leg muscle power tests by using jump df and agility tests using the agility T-test during the pre-test and post-test. Then the research data were analyzed using SPSS ver It can be concluded that there is an increase in limb muscle power and agility for each group after being given training with a significant value There were no differences between the treatment groups p > The study concludes that both DJ and CMJ plyometrics are worthwhile training activities for improving power and agility in youth soccer of pliometric training on speed performance and height of vertical and horizontal heels for young football playersJ M FlavioD C De OliveiraE G SouzaFlavio, J. M., de Oliveira, D. C., & de Souza, E. G. 2018. Effect of pliometric training on speed performance and height of vertical and horizontal heels for young football players. Revista Brasileira De Futsal E Pengaruh Latihan Servis Dengan Jarak Tetap Dan Bertahap Terhadap Kemampuan Servis Dalam Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Smp Negeri 1Rifki HakimHakim, Rifki. 2013. Perbedaan Pengaruh Latihan Servis Dengan Jarak Tetap Dan Bertahap Terhadap Kemampuan Servis Dalam Permainan Sepak Takraw Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Smp Negeri 1Sumbangan kekuatan otot tungkai dan kelentukan terhadap kemampuan servis bawah sepak takrawA JamalongSyamAbdulAjiTriHermawanJamalong, A., Syam, A. 2014. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw. Yogyakarta Penerbit Ombak Munir, Abdul., Aji, Tri., Hermawan. 2015. Sumbangan kekuatan otot tungkai dan kelentukan terhadap kemampuan servis bawah sepak Journal of Sport Sciences 4 1 hal. 1-6. Retrive from jss/article/view/8623Suatubentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan dalam upaya membawa titik berat badan setinggi dan secepat mungkin jatuh adalah pengertian dari lompat tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian olahraga lompat tinggi adalah salah satu jenis aktivitas olahraga yang dilakukan meloncat setinggi Oleh Ani Rachman, Guru SDN Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi - Lompat tinggi pertama kali dikompetisikan pada abad ke-19 di Skotlandia. Di era sekarang, olahraga satu ini cukup populer. Bahkan lompat tinggi menjadi salah satu cabang atletik yang mencetak banyak atlet berbakat. Lompat tinggi dilakukan untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya saat melewati mistar dengan ketinggian tertentu. Pengertian lompat tinggi Lompat tinggi adalah gerakan melompat ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi dan secepat mungkin untuk jatuh mendarat.Tinggi minimal tiang mistar lompat adalah 2,5 meter dan panjangnya 3,15 meter. Gaya lompat tinggi Ilustrasi lompat tinggi Berikut beberapa jenis gaya lompat tinggi Gaya gunting scissor Disebut sebagai gaya sweney. Saat melakukan gaya ini, pelompat melakukan awalan dari tengah. Baca juga Gaya Lompat Tinggi Ketika hendak melompat, jika tumpuan dilakukan menggunakan kaki kiri, pelompat akan mendarat dengan kaki kiri. .