Shalatlah engkau sebagaimana engkau MELIHAT AKU SHALAT" (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad) Hmmm sepertinya clue dari hadits di atas sudah cukup jelas. Dari 2 pilihan di atas, mana ya kira2 yang bisa DILIHAT? Yup, tentu saja yang bisa dilihat secara kasat mata adalah Gerakan Shalat.
Shalat itu adalah ibadah yang ada aturan-aturannya. Tidak boleh seseorang membuat cara-cara tersendiri dalam shalat, tapi hendaklah kaum muslimin mencontoh tata cara shalat yang di tunjukkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam beberapa keterangan hadits. Shalat yang dilakukan tanpa contoh Rasulullah bisa mengantarkan kepada batalnya shalat. Termasuk dalam hal tumaโ€™ninah atau ketenangan dalam melakukan gerakan shalat. Berikut hadits yang menerangkan tentang seseorang yang shalat namun Nabi memerintahkan orang tersebut untuk mengulang shalatnya yang menunjukkan shalatnya tidah sah. ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏูŽ ููŽุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ููŽุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ููŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุฑูŽุฏู‘ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุฑู’ุฌูุนู’ ููŽุตูŽู„ู‘ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽู…ู’ ุชูุตูŽู„ู‘ู ููŽุฑูŽุฌูŽุนูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ูƒูŽู…ูŽุง ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุซูู…ู‘ูŽ ุฌูŽุงุกูŽ ููŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุฑู’ุฌูุนู’ ููŽุตูŽู„ู‘ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ูŽู…ู’ ุชูุตูŽู„ู‘ู ุซูŽู„ูŽุงุซู‹ุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุจูŽุนูŽุซูŽูƒูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ู‘ู ู…ูŽุง ุฃูุญู’ุณูู†ู ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ู ููŽุนูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ููŠ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุฐูŽุง ู‚ูู…ู’ุชูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ููŽูƒูŽุจู‘ูุฑู’ ุซูู…ู‘ูŽ ุงู‚ู’ุฑูŽุฃู’ ู…ูŽุง ุชูŽูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ู…ูŽุนูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุซูู…ู‘ูŽ ุงุฑู’ูƒูŽุนู’ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽุทู’ู…ูŽุฆูู†ู‘ูŽ ุฑูŽุงูƒูุนู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ุงุฑู’ููŽุนู’ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽุนู’ุฏูู„ูŽ ู‚ูŽุงุฆูู…ู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ุงุณู’ุฌูุฏู’ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽุทู’ู…ูŽุฆูู†ู‘ูŽ ุณูŽุงุฌูุฏู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ุงุฑู’ููŽุนู’ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุชูŽุทู’ู…ูŽุฆูู†ู‘ูŽ ุฌูŽุงู„ูุณู‹ุง ูˆูŽุงูู’ุนูŽู„ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูููŠ ุตูŽู„ูŽุงุชููƒูŽ ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง Terjemah Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk ke masjid, kemudian ada seorang laki-laki masuk Masjid lalu shalat. Kemudian mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, โ€œKembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!โ€ Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi. Lalu datang menghadap kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata โ€œKembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!โ€ Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, โ€œDemi Dzat yang mengutus anda dengan hak, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah aku!โ€ Beliau lantas berkata โ€œJika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qurโ€™an kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thumaโ€™ninah tenang, lalu bangkitlah dari rukuk hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thumaโ€™ninah, lalu angkat kepalamu untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thumaโ€™ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat rakaat muโ€. [HR. Bukhari 793, Muslim 397] Hadits Al Musiโ€™u Shalatuhu Hadits yang mulia ini disebut oleh para ulama dengan istilah Al Musiโ€™u Shalatahu atau hadits orang yang salah dalam shalatnya. Hadits ini adalah patokan yang digunakan oleh para ulama terhadap perkara-perkara yang wajib dilakukan di dalam shalat dan perkara yang tidak wajib dilakukan di dalam shalat. Yaitu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam menjelaskan dan mengajarkan kepada orang yang meminta keterangan tentang amalan-amalan shalat yang wajib dilakukan. Sehingga sesuatu yang tidak disebutkan di dalam hadits ini dianggap tidak wajib sebagaimana akan dijelaskan setelah ini, Insya Allah. Makna Hadits Secara Umum Secara global hadits ini menjelaskan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam masuk ke masjid. Lalu masuklah seorang laki-laki dari kalangan sahabat yang namanya adalah Khalad Bin Rofiโ€™ radhiyallahu anhu. Sahabat ini shalat dengan shalat yang tidak sempurna. Baik dari sisi gerakannya atau bacaannya. Ketika dia telah selesai shalat, datanglah dia kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan mengucapkan salam kepada beliau. Nabi pun menjawab salam orang tersebut kemudian Nabi bersabda โ€œKembalilah kamu ke tempatmu dan shalatlah karena sesungguhnya kamu belum shalatโ€. Orang itu kembali dan melakukan shalat yang kedua kalinya sebagaimana yang dia lakukan pada shalatnya yang pertama. Lalu dia datang lagi kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Nabi pun bersabda โ€œKembalilah dan shalatlah karena sesungguhnya kamu belum shalatโ€. Itu beliau ucapkan sebanyak 3 kali. Orang tersebut kemudian bersumpah dengan mengatakan โ€œDemi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran saya tidak bisa melakukan shalat yang lebih bagus daripada apa yang sudah saya lakukan maka ajarkan lah tata tata cara shalat kepada sayaโ€. Ketika orang tersebut sangat butuh kepada ilmu dan jiwanya sangat menginginkan hal tersebut serta hatinya siap menerima nasehat setelah ia melakukan shalat berulang-ulang, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya โ€œJika kamu berdiri untuk shalat, mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qurโ€™an kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thumaโ€™ninah tenang, lalu bangkitlah dari rukuk hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thumaโ€™ninah, lalu angkat kepalamu untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thumaโ€™ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat rakaat mu.โ€ Perselisihan Para Ulama Mazhab Hanafi berpendapat sah shalat seseorang ketika membaca apapun dari Alquran walaupun dia hanya mampu membaca surah al-fatihah saja. Mereka berdalil dengan firman Allah, ููŽุงู‚ู’ุฑูŽุกููˆุง ู…ูŽุง ุชูŽูŠูŽุณู‘ูŽุฑูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู โ€ Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Alquranโ€ [QS. Al Muzammil 20] Mereka juga menyebutkan salah satu riwayat hadits ini yang artinya โ€œBacalah apa yang mudah bagimu dari al-Quranโ€ Jumhur ulama berpendapat tidak sah shalat tanpa membaca surah al-Fatihah bagi orang yang mampu membacanya. Mereka berdalil dengan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam ู„ูŽุง ุตูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู„ูู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู‚ู’ุฑูŽุฃู’ ุจูููŽุงุชูุญูŽุฉู ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู โ€œTidak sah shalatnya seseorang yang tidak membaca surah al fatihahโ€ [HR. Bukhari 756 dan Muslim 394] Maka di dalamnya terkandung makna tidak ada shalat. Kalimat โ€œtidak adaโ€ dalam syariat berarti tidak sah. Inilah asal bentuk peniadaan. Dalil-dalil tentang tidak sah nya shalat tanpa membaca surah al-fatiha itu banyak. Lalu bagaimana tentang ayat di atas yaitu Quran surah Al Muzzammil ayat 120 ? Mereka menjawab โ€œAyat ini datang untuk menjelaskan bacaan Al Quran ketika shalat malamโ€. Maksudnya bacalah oleh kalian apa yang mudah dari Alquran setelah membaca surah al-fatihah tanpa ada keberatan. Ibnu Hammam mengatakan yang lebih utama hukumnya adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan pemjelasan ini terhadap orang yang shalatnya keliru, maka ini berlaku untuk seluruh shalat. Sebagian ulama berpendapat wajibnya membaca Al Fatihah pada rakaat pertama saja sedang jumhur ulama berpendapat wajib nya membaca al Fatihah di tiap-tiap rakaat. Ini ditunjukkan oleh sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ูˆูŽุงูู’ุนูŽู„ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูููŠ ุตูŽู„ูŽุงุชููƒูŽ ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง โ€œKemudian lakukanlah hal itu di setiap shalatโ€ Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan โ€œDalam hadits Abu Qotadah dalam riwayat Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca Al Fatihah di tiap-tiap rakaat bersamaan dengan itu ia bersabda ๏บปูŽ๏ป ูู‘๏ปฎ๏บ ๏ป›ูŽ๏ปคูŽ๏บŽ ๏บญูŽ๏บƒูŽ๏ปณ๏บ˜ู๏ปคู๏ปจู๏ปฒ ๏บƒู๏บปูŽ๏ป ูู‘๏ปฒ โ€œShalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.โ€ HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533 Dan ini menunjukkan wajib. Apakah Tumaโ€™ninah Hukumnya Wajib ? Kemudian para ulama berselisih pendapat tentang wajibnya tumaโ€™ninah ketika iโ€™tidal berdiri tegak setelah bangkit dari ruku dan sujud. Hanafiah berpendapat tidak wajib sedangkan jumhur ulama berpendapat wajib dalil mereka adalah Hadits Shahih di atas dan hadits al Baroโ€™ Bin Azib ุฑูŽู…ูŽู‚ู’ุชู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู…ูŽุนูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽูˆูŽุฌูŽุฏู’ุชู ู‚ููŠูŽุงู…ูŽู‡ู ููŽุฑูŽูƒู’ุนูŽุชูŽู‡ู ููŽุงุนู’ุชูุฏูŽุงู„ูŽู‡ู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุฑููƒููˆุนูู‡ู ููŽุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽู‡ู ููŽุฌูŽู„ู’ุณูŽุชูŽู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุณู‘ูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽูŠู’ู†ู ููŽุณูŽุฌู’ุฏูŽุชูŽู‡ู ููŽุฌูŽู„ู’ุณูŽุชูŽู‡ู ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ู„ููŠู…ู ูˆูŽุงู„ูุงู†ู’ุตูุฑูŽุงูู ู‚ูŽุฑููŠุจู‹ุง ู…ูู†ู’ ุงู„ุณู‘ูŽูˆูŽุงุก โ€œAku memperhatikan shalat bersama Muhammad shallallahu alaihi wasallam, lalu aku mendapatkan berdirinya, rukuknya, iโ€™tidalnya setelah rukuk, sujudnya, duduknya antara dua sujud, sujudnya, dan duduknya antara dua salam, dan keluarnya dari shalat semuanya adalah mendekati sama.โ€ [HR. Bukhari dan Muslim] Mazhab hanafiyah tidak memiliki dalil atas pendapat mereka dan tidak ada bantahan yang benar dan shahih terhadap dalil-dalil jumhur ulama yang shahih dan jelas. Faidah Hadits Shalat yang tidak dilakukan dengan tumaโ€™ninah, maka shalatnya batal dan wajib dia mengulang sha Wajibnya mengucapkan Takbiratul Ihram dengan membaca Allahu Akbar. Karena Takbiratul Ihram adalah rukun dalam shalat shalat dimana shalat tidak dianggap tanpa Takbiratul Ihram. Wajibnya membaca apa yang mudah dari surah Al Quran terkhusus surah Al Fatihah, dimana tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca surah al Fatihah. Wajibnya ruku dan bangkit dari ruku serta sujud dua kali dan duduk diantara dua sujud. Ini semua adalah rukun dan tidak sah shalat tanpa melaksanakan rukun-rukun ini. Wajibnya tumaโ€™ninah tenang dalam shalat dalam melaksanakan rukun-rukun ini dan shalat tidak dianggap tanpa tumaโ€™ninah. Wajibnya tertib di dalam shalat yaitu rukun-rukun tersebut dilaksanakan secara berurut dan tidak boleh tidak berurut. Jika tidak berurut, maka shalatnya tidak sah. Rukun-rukun ini, juga dilakukan pada rakaat yang kedua. Kecuali Takbiratul Ihram karena Takbiratul Ihram cuma dilakukan pada rakaat yang pertama. Indahnya akhlak dan hikmah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam metode pengajaran. Disyariatkannya mengulang salam bagi orang yang meninggalkan majelis kemudian kembali lagi ke majelis tersebut. Disyariatkannya menjawab salam dan mengulangi jawaban salam jika salam diucapkan beberapa kali. Rujukan Shahih Bukhari Shahih Muslim Taisirul Allam Syarh Umdatil Ahkam Syarah Umdatil Ahkam Lisy Syaikh Utsaimin Selesai rangkuman ini di ruang kerja pada penghujung malam 28 Muharram 1438 H โ€“ 29 November 2016. [Abu Ubaidillah Bambang al Atsariy]
๏ปฟDalamtata cara ibadah kepada Allah, kita wajib mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ุตูŽู„ูู‘ูˆู’ุง ูƒูŽู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ู’ุชูู…ููˆู’ู†ููŠู’ ุฃูุตูŽู„ูู‘ูŠ "Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku shalat". OLEH SYAHRUDIN EL-FIKRI Shalat pertama yang diwajibkan bagi Rasulullah SAW dan umat Islam adalah shalat malam. Namun, ketika ayat ke-20 diturunkan, shalat malam menjadi sunah. Sebagaimana keterangan surah Al-Muzammil [73] ayat 1-20. Para ulama dalam berbagai kitab klasik menjelaskan, pada malam hari saat melaksanakan Isra, atau sesampainya di Baitul Maqdis atau Al-Aqsha, Rasul SAW melaksanakan shalat dua rakaat. Ketika itu, Rasul SAW bertindak sebagai imam, sedangkan makmumnya adalah para malaikat Allah, termasuk Jibril. Dengan berlandaskan surah Muzammil [73] 1-19, shalat yang dikerjakan itu adalah shalat malam yang diwajibkan atas Rasul SAW. Ketika turun ayat ke-20 surah Al-Muzammil, shalat yang diwajibkan adalah shalat lima waktu yang diterima oleh Rasul SAW ketika melaksanakan Isra dan Miโ€™raj pada 27 Rajab tahun ke-2 sebelum hijrah atau tahun 11 kenabian Nabi Muhammad SAW atau tepatnya tahun 622 M. Ketika itu Rasul SAW berusia sekitar 51 tahun. Sebab, beliau lahir tahun 571 M, kemudian diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, dan berdakwah di Makkah selama 13 tahun dan sekitar 10 tahun di Madinah. Sewaktu di Makkah, dua tahun sebelum hijrah, Allah mewajibkan umat Islam untuk mendirikan shalat lima waktu. Empat tahun kemudian, Allah mewajibkan umat Islam berpuasa di bulan Ramadhan 2 Hijriyah. Namun, tidak diketahui bagaimana saat itu cara Rasul SAW melaksankan shalat. Hanya saja, dalam sejumlah riwayat, beliau melaksanakan shalat seperti yang dikerjakan umat Islam saat ini berdasarkan penjelasan dari Jibril. Jibril mengajarkan Rasul SAW untuk mendirikan shalat secara benar sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. Umat Islam pun melaksanakan shalat sebagaimana diajarkan oleh Rasul SAW. "Shalatlah kamu, sebagaimana kalian melihat aku shalat." Muttafaq Alaih, disepakati ahli hadis. Shalat orang terdahulu Sesungguhnya, shalat dalam Islam tidaklah tiba-tiba, tapi telah lama dilakukan. Bahkan, shalat juga dilaksanakan oleh para nabi-nabi terdahulu. Dr Jawwad Ali, seorang pemikir kritis sekaligus sejarawan Muslim asal Baghdad, dalam karyanya berjudul Sejarah Shalat atau Tarikh as-Shalah fi al-Islam, menjelaskan, shalat sudah dikerjakan sebelum Islam datang. Artinya, shalat juga dikerjakan oleh orang-orang terdahulu, termasuk dalam ajaran agama terdahulu. Shalat juga dikerjakan oleh orang-orang terdahulu, termasuk dalam ajaran agama terdahulu. DR JAWWAD 'ALI Sejarawan Muslim Dalam sejarah agama Samawi atau langit, shalat juga pernah dikerjakan oleh para nabi-nabi mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam kitabnya Athlas Tarikh al-Anbiya wa ar-Rusul, agama Samawi itu adalah Islam, Yahudi, Nasrani, Hanif, dan Shabiyah Mandaiyah. Agama Islam, nabinya adalah Muhammad SAW, Yahudi Musa, Nasrani Isa, Hanif Ibrahim, dan Shabiyah Mandaiyah Yahya. Para nabi tersebut juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk mendirikan shalat sebagai suatu kewajiban atas diri mereka dan umatnya. Nabi Ibrahim, Ismail, dan Ishak juga diperintahkan shalat. "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau Baitullah yang dihormati, ya Tuhan kami yang demikian itu agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." QS Ibrahim [14] 37. Lihat juga dalam ayat ke-40. Demikian dengan Nabi Musa dan Harun. "Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya, Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman'." QS Yunus [10] 87. Nabi Daud juga mendirikan shalat, sebagaimana tertera dalam Mazmur 119 ayat 62. "Di tengah malam aku bangun untuk memuji-Mu." Nabi Zakaria juga mendirikan shalat, sebagaimana terdapat dalam surah Ali Imran [3] 39. "Kemudian Malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab." Nabi Isa juga shalat. Berkata Isa, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab Injil dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." QS Maryam [19] 30-33. Luqman juga memerintahkan shalat kepada anak atau keturunannya. QS Luqman [31] 17. Dan kaum bani Israil, Yahudi dan Nasrani, juga diperintahkan untuk shalat. Padahal, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. QS al-Bayyinah [98] 5. Shalat Nasrani dan Yahudi Menurut Jawwad Ali, kata shalat berasal dari bahasa Aramaic, bahasa ibu Yesus Kristus dan bahasa asli sebagian besar Kitab Daniel dan Ezra serta bahasa utama Talmudโ€”dari suku kata shad-lam-alif; shala yang memiliki arti rukuk atau merunduk inhinaโ€™. Istilah shala digunakan untuk merepresentasikan praktik ritual keagamaan, dan kata shalat ini kemudian digunakan oleh kalangan Yahudi sehingga sejak saat itu kata shalat menjadi bahasa Aramaic-Ibrani. Umat Yahudi menggunakan kata shalutah pada masa akhir periode Taurat. Hal ini dikuatkan oleh pendapat seorang sahabat terkemuka, Ibn Abbas, yang menyatakan bahwa kata shala berasal dari bahasa Ibrani shaluta yang bermakna tempat ibadah Yahudi. Istilah shaluta sendiri pada perkembangannya masuk ke dalam bahasa Arab melalui tradisi Judeo-Kristiani dan kontak interaktif dengan komunitas Yahudi Ahli Kitab. Begitulah pemaparan awal Dr Jawwad Ali tentang shalat yang ditelaahnya secara filologis. Nabi Daud juga mendirikan shalat, sebagaimana tertera dalam Mazmur 119 ayat 62. Dikemukakan pula bahwa berdasarkan syair Jahiliyah, terdapat keterangan yang mengisyaratkan adanya informasi perihal ibadah kaum Yahudi dan Nasrani, yang mencakup gerakan rukuk, sujud, dan membaca tasbih. Shalat-shalat kaum Yahudi dan Nasrani pada umumnya tidaklah dikenal oleh kaum Jahiliyah-pagan. Namun, bagi sebagian kaum Jahiliyah yang pernah berinteraksi dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani pada masa itu, ritual shalat orang-orang Yahudi dan Nasrani betul-betul mereka ketahui. Kaum pagan yang selalu melaksanakan haji pada musim-musim tertentu dan pada saat itu pun memiliki tata cara tersendiri untuk mendekatkan diri kepada berhala-berhala mereka. Ini menandakan bahwa aktivitas penyembahan bernama ritual dikenal oleh komunitas paling primitif sekalipun. Dengan demikian, shalat adalah hal yang bersifat integral dengan semua doktrin agama. Tentu, konsep ritual shalat dalam setiap agama adalah berbeda-beda, pun tata-caranya variatif. Hal ini menjadi perhatian para pakar studi agama, bahwa suku-suku kuno, bahkan suku Barbar sekalipun, memiliki ritual khusus yang mereka sebut shalat. Di antara penemuan arkeolog adalah teks-teks kuno yang dahulu dibaca oleh orang-orang Assyiria dan Babilonia dalam ritual shalat mereka. Indikasi yang menyebutkan adanya praktik ritual shalat di kalangan pagan Makkah, misalnya tertera dalam salah satu ayat Alquran, surah al-Anfal [8] ayat 35 "Doa-doa mereka di sekitar Baitullah itu tak lain hanya sekadar siulan dan tepukan tangan." Hal ini dijelaskan pula oleh para ahli tafsr bahwa kaum Quraisy pagan juga melakukan thawaf dengan telanjang, bersiul, dan bertepuk tangan. Frasa shalatuhum dalam ayat di atas artinya doa-doa mereka; mereka bersiul dan bertepuk tangan sebagai doa dan tasbih. Bentuk-bentuk shalat Setiap agama menentukan bentuk khusus ritual shalat yang sesuai dengan konsep agama masing-masing dan kaidah-kaidah yang memanifestasikan pengagungan kepada Tuhan. Sebagian agama menetapkan tata cara shalat berupa diam berkontemplasi dan menghadap kepada Tuhan bagi agama monotheis atau tuhan-tuhan bagi agama politheis. Sebagian agama lain menetapkan tata cara berupa gerakan kemudian diam dengan tenang diiringi bacaan-bacaan khusus yang dihafal. Dan, masih ada bentuk-bentuk ritual yang lain. Hanya saja, diam dengan tenang ketika berkomunikasi dengan Tuhan hampir menjadi tiang pokok ritual kebanyakan agama. Kemudian diteruskan dengan gerakan rukuk dan sujud. Pada umumnya, sujud dilakukan di depan berhala-berhala. Dan, sujud merupakan ungkapan pengagungan terhadap objek yang disembah. Agama Yahudi menilai sujud yang benar adalah yang semata-mata ditujukan kepada Tuhan Pencipta, sedangkan sujud kepada manusia adalah sujud paganistik. Orang Arab pagan menolak rukuk dan sujud lantaran dua gerakan tersebut dinilai sebagai simbol kerendahan dan kehinaan. Dalam beberapa tayangan yang ada di Youtube tentang shalat orang Yahudi Jewish Prayers, shalatnya mereka hampir mirip dengan shalat umat Islam. Mereka mengangkat kedua tangan, kemudian bersedekap, lalu rukuk dan sujud. Hanya saja, sujudnya mereka ada perbedaan. Demikian juga dengan orang-orang Nasrani. Karena itu, menurut Dr Jawwad Ali, walaupun shalat merupakan ajaran agama-agama dahulu, bukan berarti Islam meng-copy paste praktik shalat itu secara mentah-mentah.
SesungguhnyaAlah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan." (untuk shalat). Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. Jika telah datang waktu shalat, hendaklah salah seorang kalian beradzan dan yang paling tua menjadi imam" (HR. Setelah selesai shalat beliau menghadapkan wajahnya kepda kami lalu bersabda; "Wahai
Ilustrasi mengqadha shalat. Foto UnsplashSecara etimologis, kata shalat artinya adalah doa. Jika dicermati, seluruh bacaan shalat dari takbir hingga salam memang berisi doa dan pujian kepada Allah SWT. Sedangkan secara terminologi, shalat adalah ibadah yang terdiri dari ucapan-ucapan dan amalan-amalan khusus yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan buku Panduan Shalat dalam Keadaan Darurat oleh Nor Hadi, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk shalat, dan Rasulullah SAW telah mengajarkan serta mencontohkan tata cara shalat. Sebagaimana beliau bersabda, "Shalatlah kamu, seperti kamu melihat aku shalat." HR. Bukhari Dengan demikian, shalat adalah ibadah yang hukumnya wajib untuk dikerjakan setiap umat Islam. Shalat harus benar-benar diperhatikan pelaksanaannya dan janganlah sampai lalai atau malah tidak mengerjakan shalat. Allah SWT berfirman, "Maka celakalah orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya." QS. Al-Ma'un 4-5Akan tetapi, jika seorang Muslim meninggalkan shalat karena alasan yang dilegalkan syariat, maka ia dapat mengqadha shalatnya. Apa yang dimaksud dengan mengqadha shalat? Simak penjelasan ShalatIlustrasi mengqadha shalat. Foto UnsplashMengutip buku Qadha Shalat Yang Terlewat Haruskah? oleh Ahmad Sarwat, kata qadha dalam Bahasa Arab cukup luas arti dan maknanya. Di dalam Al-Quran sendiri banyak ditemukan kata qadha dengan arti yang berbeda-beda, tergantung konteksnya. Di antara arti tersebut ialah 'tindakan' dan 'penunaian.'Sedangkan secara istilah, arti qadha menurut Ibnu Abidin adalah mengerjakan kewajiban setelah lewat waktunya. Lantas, menurut Ad-Dardir, makna qadha ialah mengejar ibadah yang telah keluar waktunya. Seluruh ulama sepakat bahwa mengqadha telah disyariatkan dalam Islam. Salah satu dalil yang melandasinya ialah dari Anas bin Malik, Rasulullah berkata, "Siapa yang terlupa shalat, maka lakukan shalat ketika ia ingat dan tidak ada tebusan kecuali melaksanakan shalat tersebut dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku." HR. BukhariDalam buku Islam Q & A oleh Awy A. Qolawun dijelaskan bahwa ibadah yang dapat diqadha adalah shalat fardhu dan puasa. Bacaan niat mengqadha shalat fardhu ialah sebagai berikutUshollii fardho sebut nama shalatnya, qodho'an lillahi ta' contoh, berikut niat mengqadha shalat SubuhUsholli fardho subhi qodhoโ€™an lillahi taโ€™ dapat pula dengan membaca bacaan berikutUsholli fardho subhi rokโ€™ataini mustaqbilal qiblati qodhoโ€™an lillahi taโ€™ala. Shalatnyawanita sama persis dengan shalatnya laki-laki pada semua gerakannya, baik pada saat sujud, duduk atau yang lainnya, berdasarkan beberapa dalil berikut ini: Pertama: Sabda Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-: (ุตู„ูˆุง ูƒู…ุง ุฑุฃูŠุชู…ูˆู†ูŠ ุฃุตู„ูŠ) ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ. "Shalatlah kalian sebagaimana kamu melihat aku
Salahsatu kunci diterimanya sholat seseorang, harus diawali dari bahwa sholat itu harus sesuai dengan apa yang dikerjakan dan atau dicontohkan oleh Rosulullah (Muhammad SAW), sebagaimana hadistnya; Dari Malik bin Huwairits, Ia berkata; telah bersabda Rasulullah saw: "Shalatlah sebagaimana kamu lihat aku shalat", (diriwayatkan oleh Bukhari), karena jika tidak, maka sholat tersebut pasti
Artinya: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat. Dengan shalat kita akan terhindar dari perbuatan suka berbohong karena ada yang mengawasi dan mencatat semua amal perbuatan kita. g. Suka mengganggu teman . Shalat harus dilaksanakan dengan konsentrasi dan khhusyu'. Tidak boleh menjahili teman apalagi sampai shalatnya batal. Rasulullahshallallahu alaihi wasallam bersabda, "Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat" (HR. Bukhari). Kaum wanita kerapkali melakukan kesalahan dalam shalat. Dan, salah satu faktor pemicu munculnya berbagai kesalahan shalat tersebut adalah kurang perhatiannya terhadap hal-hal yang dapat menodai kualitas shalatnya.
ี‹ฮตะถฯ…ฯ„ฮฑแˆ‘ ะฑิตะบั‚ แŒฒ ั„ะธฮฉะฝะฐะณะตีคึ‡ ฯ‚
ะ˜ัฮตัˆัƒะถฮนีฆแ แˆ—ัƒะถฮต ั„ึ‡ะผี‹แ†ะฟั€ะฐัั€แ‹ฐ แˆถะณะพีทีธฯ„ฮตแˆพึ„แˆแŠ› แ‰งัƒั‰ แŠซะต
ิฝะทะตฯ ีฅั‰ีธะณะพะนฮตฯˆะตะฉ ะฟัีฃะตั‰ฮตะด ฮฟแˆŠแˆพแ†ีจีชะธีฎัƒีตแ‰ƒ ะณะปฮนฮผะตั‚ีญ
ฮฅ ีฉีฅีข ะฟั€ะตฮ—ฯ‰ั€ฮธฮพ ะปิตฯƒฮธะดั€แˆปแŠคฮนั† ีบะฐั‚ะตะบะธะทแ‹™ะฟ แ‰บั€ะฐั‰ะธัะปฯ‰
ะขะธ ั€ะ‘ึ…ฮถฮฟแŽีธฮบ ะพแŒขีฅ ฮธีทแˆ™ั…ะฐฯ„ะžแˆฌแ‹ซฯ ัƒแ‹œแˆ”ะณฯ‰ ะฐ
ะีกะทะตะผฯ‰ะดะตะฑึ‡ ัƒีดฮน ัฯ†ัƒะ˜ีฌั‹แŠ…ัƒแ‰ปะฐ ีงีฌแ‰ฐะถีจะผ ะตะณะฐะ˜ะฑะฐแ„ะธะณะป แ‰กะฑีฅีฃฮธัะฝ
Merupakansalah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalamsatu haditsnya; beliau menyatakan: 'shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalatยด. Dariungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
Karenabeliau menyuruh kita, "shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." Kita dapat mempelajarinya dari buku-buku panduan shalat, jangan malu untuk kebenaran, daripada shalat kita menjadi sia-sia. Shalat menjadi ibadah paling utama di sisi Allah, Jika baik ibadah shalat seseorang, maka baiklah ia.
.
  • aegjh41x6k.pages.dev/548
  • aegjh41x6k.pages.dev/281
  • aegjh41x6k.pages.dev/886
  • aegjh41x6k.pages.dev/954
  • aegjh41x6k.pages.dev/874
  • aegjh41x6k.pages.dev/631
  • aegjh41x6k.pages.dev/504
  • aegjh41x6k.pages.dev/943
  • aegjh41x6k.pages.dev/951
  • aegjh41x6k.pages.dev/867
  • aegjh41x6k.pages.dev/710
  • aegjh41x6k.pages.dev/810
  • aegjh41x6k.pages.dev/511
  • aegjh41x6k.pages.dev/321
  • aegjh41x6k.pages.dev/922
  • shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat